Faktanya Ular Menjadi Penyebab Kematian Terbanyak ke 2 Setelah Nyamuk
Meskipun seringkali dianggap sebagai hewan yang menakutkan namun tidak terlalu mematikan, faktanya ular berbisa menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian terbanyak akibat gigitan atau sengatan hewan, tepat setelah nyamuk yang menjadi vektor berbagai penyakit mematikan. Setiap tahunnya, puluhan ribu kematian terjadi di seluruh dunia akibat gigitan ular berbisa, terutama di wilayah-wilayah tropis dan subtropis di Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Salah satu alasan utama mengapa ular menjadi penyebab kematian yang signifikan adalah karena banyak kasus gigitan ular terjadi di daerah pedesaan dan terpencil di mana akses terhadap fasilitas kesehatan dan антивена (antivenom) seringkali terbatas atau bahkan tidak tersedia. Keterlambatan dalam mendapatkan penanganan medis yang tepat setelah digigit ular berbisa dapat berakibat fatal. Data dari World Health Organization (WHO) per tanggal 11 Mei 2025 memperkirakan bahwa lebih dari 100.000 kematian terjadi setiap tahun akibat komplikasi dari gigitan ular berbisa secara global.
Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat mengenai jenis-jenis ular berbisa yang berbahaya di wilayah mereka dan tindakan pertolongan pertama yang tepat setelah digigit ular juga berkontribusi terhadap tingginya angka penyebab kematian. Banyak orang tidak menyadari pentingnya untuk segera mencari bantuan medis dan justru melakukan tindakan yang tidak tepat yang justru dapat memperburuk kondisi korban. Edukasi masyarakat mengenai identifikasi ular berbahaya dan langkah-langkah penanganan gigitan ular sangat penting untuk mengurangi angka kematian. Di Malaysia, misalnya, beberapa jenis ular seperti ular tedung selar dan ular kapak tanah dikenal memiliki bisa yang sangat mematikan, dan gigitannya memerlukan penanganan антивена secepat mungkin.
Faktor lain yang menjadikan ular sebagai penyebab kematian yang signifikan adalah tingginya populasi ular berbisa di beberapa wilayah padat penduduk yang berbatasan langsung dengan habitat alami ular. Interaksi antara manusia dan ular menjadi lebih sering terjadi, meningkatkan risiko gigitan. Perubahan lingkungan dan hilangnya habitat alami ular juga dapat memaksa ular untuk mencari makan di area permukiman manusia, meningkatkan potensi konflik.
Sebagai kesimpulan, ular berbisa merupakan penyebab kematian terbanyak kedua akibat gigitan atau sengatan hewan setelah nyamuk. Akses terbatas terhadap антивена, kurangnya kesadaran masyarakat, dan interaksi yang meningkat antara manusia dan ular di wilayah-wilayah tertentu menjadi faktor-faktor utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka kematian. Upaya peningkatan akses terhadap антивена, edukasi masyarakat, dan pengelolaan habitat ular yang berkelanjutan sangat penting untuk mengurangi dampak mematikan dari gigitan ular berbisa di seluruh dunia. Pemerintah dan organisasi kesehatan terus berupaya untuk mengatasi masalah ini melalui berbagai program dan inisiatif.